Akhir kisah

Dengan tatapan yang tenang, kamu ucapkan selamat tinggal,seolah perpisahan adalah angin lalu, seolah tak ada beban yang terhempas.

Langkah-langkahmu semakin jauh, beriringan dengan senyum yang seakan menenangkan,
sementara aku ditinggalkan di sini, terkurung dalam kesunyian harapan, berdoa diam-diam agar hari ini hanyalah ilusi, bahwa perpisahan ini tak pernah nyata.

Aku ingin meraihmu dengan sisa kekuatan yang terurai di dalam diriku, namun takdir telah merenggutnya lebih dahulu.

Dan kini, seperti bayang-bayang senja yang meredup, janji-janji yang dulu kita jalin terasa kabur,
hilang maknanya di tengah ketiadaanmu.

Kamu terus berjalan, tanpa menoleh,
sementara aku masih bertahan di sini,
dilanda kesedihan yang tak mampu kutampik.

Apakah hanya aku yang merasakan luka ini?
Hanya aku yang berharap kamu berbalik,
menyerah pada rindu yang telah menenggelamkan kita berdua?
Apakah hanya aku yang masih menggenggam erat kenangan, berharap pada sesuatu yang kini hanya bayangan?

Segala yang kita lalui bersama akan segera menjadi masa lalu, hanyut dalam arus waktu yang berlalu tanpa peduli.

Senyum hangat yang dulu menjadi cahaya di hari-hariku, kini harus kutinggalkan, bersama dengan bayanganmu yang perlahan menghilang di cakrawala.

Saat sosokmu akhirnya sirna dari pandanganku, aku berdiri dalam kehampaan, merelakan kepergianmu meski terasa begitu berat.

Ada bagian dari diriku yang hilang bersamamu, sepotong hati yang kini mengembara, mencari tempat di mana kenangan kita tak pernah memudar.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

A Home

Sepenggal Dendam