A Home
Selamat malam, Bulan.
Temani aku bercerita malam ini,
tentang kata-kata yang tak pernah sanggup kuucapkan kepadanya.
Maka malam ini, izinkan aku mencurahkan semuanya kepadamu.
Bulan,
Dia sempurna.
Matanya, bibirnya, hatinya, juga pikirannya.
Dia adalah sosok yang tak terduga bisa hadir di duniaku,
sosok yang tak kusangka bisa bersanding denganku.
Dia datang ketika aku terjebak dalam gelapnya duniaku,
membawa warna yang tak pernah kulihat sebelumnya.
Dia memberiku tawa, kehangatan, juga harapan.
Dia membantuku meruntuhkan tembok yang kubangun untuk menjaga hati ini,
menjauhkanku dari luka dan air mata.
Dia menyelamatkanku kembali bulan.
Dengan mudahnya, dia mengubah duniaku menjadi lebih indah.
Dengan cepatnya, kami membangun dunia kami bersama, hanya berdua.
Perlahan-lahan, kami membangun rumah kecil kami,
dipenuhi cinta, kasih sayang, juga kebahagiaan.
Tapi…
Belum sempurna rumah itu terbangun,
sebelum kebahagiaan itu mengakar dalam,
ia pergi.
Takdir berubah.
Seketika, semuanya bagai tembok batu yang tak bisa kupecahkan.
Seketika, semuanya bagaikan ombak laut yang tak bisa kutenangkan.
Warna yang pernah ia berikan memudar, lalu menghilang.
Dia membawa semuanya pergi.
Aku kehilangan arah,
terjebak dalam dunia yang kini kosong tanpanya.
Dia memang sosok yang tak terduga,
dan takdir lebih tak terduga lagi.
Tapi aku akan tetap menunggu.
Menunggu kau kembali.
Cepat pulang, ya.
Sempurnaku.
Komentar
Posting Komentar