Postingan

hurt

Aku duduk di sudut kedai kopi favoritku lalu menghela napas panjang sambil menahan tangis. Ditemani dengan ice americano yang kupesan lebih strong dari biasanya, aku mengambil secarik kertas lalu termenung. Entah apa yang kupikirkan saat itu. Tatapanku kosong, pikiranku berlarian tanpa arah. Rasanya sesak, seakan ada beban yang tak bisa kugambarkan dengan kata-kata. Jari-jariku gemetar saat menyentuh permukaan kertas. Aku ingin menuliskan sesuatu, mungkin sekadar meluapkan isi hati, tapi tak satu pun kata yang sanggup tertulis. Di luar jendela, hujan turun perlahan, menyentuh tanah dengan lembut. Aku menyaksikan titik-titik air berlomba jatuh, seolah mengerti perasaanku yang tengah hancur. Segalanya terasa kabur, bukan hanya karena kaca yang berembun, tapi juga karena air mata yang sudah tak bisa lagi kubendung. Kuedarkan pandangan ke dalam kedai, mencari kehangatan di antara wajah-wajah asing. Namun, semuanya tampak sama saja, ramai, tapi sepi. Sama seperti hatiku. Aku tersenyum miris...

Babak Yang Tak Pernah Kuinginkan

  Aku duduk di ujung ruangan gelap, hanya cahaya dari layar komputer jinjingku yang sedikit mengusir pekat. Ini tempat favoritku, ya, aku menyebutnya kamar. Ruangan ini sempit, sunyi, dan di sinilah aku merasa paling aman, meskipun terkadang kesunyian itu juga terasa menghimpit. Dengan tangan yang gemetar, aku membuka komputer jinjingku. Rasanya ingin mencoba menulis, entah apa yang ada di pikiranku saat itu. Kepalaku seperti arena perdebatan yang tak kunjung usai, suara-suara bertabrakan, bertanya tanpa ada jawaban yang memuaskan.  Aku kebingungan. Sebenarnya, apa yang terjadi? "Apa salahku? Apa yang sebenarnya sedang berlangsung?" Aku mengusap bulir-bulir air yang menggenang di ujung mataku. Dinding di belakangku menjadi sandaran, sementara selimut di bahuku seolah memelukku, menenangkan tubuh yang bergetar. Namun, di tengah kekacauan pikiranku, sesuatu tiba-tiba terasa berbeda. Firasat itu datang begitu saja, menyelusup di sela keheningan. Seolah semua jawaban yang kucari ...

Sepenggal Dendam

  haii kenalin, aku si anak tengah yang kalo kata keluarga aku sendiri, yang bener bener aku anggep rumah, aku adalah "si trouble maker" HAHAHA nyakitin ya? (banget) umur aku 22 tahun, hampir 23 selama ini aku gapernah cerita apapun, ke siapapun, tentang apa yang aku rasain dirumah karna aku anaknya mendem banget jadi hari ini aku nyoba buat ngetik dah share tentang apa yang aku alamin mungkin agak random dan ga berurutan, intinya biar aku lega aja ... aku emang hidup di tengah tengah keluarga cemara, tapi dari kecil, aku tumbuh emang kurang bgt waktu dari orangtua aku karna mereka kerja, tapi dari sd sampe sekarang emang udah mulai byk waktu kok buat aku banyak yg bilang jadi anak tengah tu berat, iyaa aku ngerasain banget, harus ngalah sm bungsu, dan nurut sama si sulung aku gatau ini salah apa bener, kayanya salah emang jujur selama apa yg aku rasain di rumah ini, aku banyak dendam nya kalo kata psikolog kenapa iti terjadi? karna emang aku tipe yang mendem dan gaberani bua...

entahlah

  A ku pernah percaya bahwa jarak bukanlah  penghalang,bahwa hati yang saling mencinta akan selalu bertahan. Kita menggenggam janji dalam genggaman kata,berharap waktu dan ruang takkan mampu memisahkan.Namun, perlahan rindu berubah menjadi duka,percakapan yang dulu hangat kini hanya sunyi belaka,dan aku mulai bertanya, adakah kita masih sama? R intik hujan menari di jendela, mengiringi sepi yang tak tertahankan. Aku menunggu suaramu, seperti biasa, namun dering itu tak lagi berbunyi sesering dulu. Kita sibuk dengan dunia masing-masing, menjadi asing di antara kenangan yang dulu begitu nyata. Apakah jarak ini yang mengubah kita, atau memang kita hanya berusaha melawan sesuatu yang tak bisa kita menangkan? J auh darimu dulu hanya berarti hitungan hari, tetapi kini rasanya seperti selamanya. Aku mencoba mengisi kekosongan dengan kata-kata, tetapi layar tak lagi cukup untuk menyampaikan rindu. Aku ingin mendekapmu, memastikan bahwa kita masih sama, namun kenyataan ber...

Hidup

Hidup selalu maju dan perjalanan panjang yang dipenuhi dengan pertemuan dan perpisahan. Kita bertemu, saling mengenal, berjalan berdampingan, berbagi mimpi, tawa, dan cerita. Kita membangun kenangan yang terasa begitu hangat, seolah kebersamaan ini akan bertahan selamanya. Tapi hidup selalu punya cara untuk mengingatkan kita bahwa tidak ada yang benar-benar abadi. Ada saatnya kita harus berpisah, bukan karena ingin, tetapi karena hidup menuntun kita ke arah yang berbeda. Kita mungkin ingin tetap di tempat yang sama, menggenggam semua yang pernah ada, tapi waktu terus bergerak, dan kita tidak bisa tinggal diam. Perpisahan bukan berarti melupakan. Setiap langkah yang pernah kita jalani bersama akan selalu ada, tersimpan dalam ingatan dan hati. Kita mungkin tidak lagi berbagi cerita seperti dulu, tapi bukan berarti kita tak lagi berarti bagi satu sama lain. Kenangan tetap hidup, meskipun kita tidak lagi berjalan di jalan yang sama. Akan ada hari-hari di mana kita merindukan kebersamaan it...

A Home

  Selamat malam, Bulan. Temani aku bercerita malam ini, tentang kata-kata yang tak pernah sanggup kuucapkan kepadanya. Maka malam ini, izinkan aku mencurahkan semuanya kepadamu. Bulan, Dia sempurna. Matanya, bibirnya, hatinya, juga pikirannya. Dia adalah sosok yang tak terduga bisa hadir di duniaku, sosok yang tak kusangka bisa bersanding denganku. Dia datang ketika aku terjebak dalam gelapnya duniaku, membawa warna yang tak pernah kulihat sebelumnya. Dia memberiku tawa, kehangatan, juga harapan. Dia membantuku meruntuhkan tembok yang kubangun untuk menjaga hati ini, menjauhkanku dari luka dan air mata. Dia menyelamatkanku kembali bulan. Dengan mudahnya, dia mengubah duniaku menjadi lebih indah. Dengan cepatnya, kami membangun dunia kami bersama, hanya berdua. Perlahan-lahan, kami membangun rumah kecil kami, dipenuhi cinta, kasih sayang, juga kebahagiaan. Tapi… Belum sempurna rumah itu terbangun, sebelum kebahagiaan itu mengakar dalam, ia pergi. Takdir berubah. Seketika, semuanya b...

Hari Merela -

Selamat berbahagia, dengan siapa pun yang kini menemani langkahmu. Aku hanya ingin menyampaikan satu hal sederhana tapi penting. dalam setiap cerita, yang paling berharga adalah titik akhirnya. Bukan hanya karena ia menjadi penutup, tetapi karena ia memberi makna pada semua perjalanan sebelumnya. Jangan biarkan sebuah kisah terus ditulis tanpa arah, tanpa tahu ke mana ia akan berakhir. Cerita yang panjang namun penuh ketidakpastian bukanlah tanda kekuatan atau keberanian. Sebaliknya, ia adalah jebakan waktu, menyisakan luka perlahan yang tak terlihat. Ternyata, kisah yang menggantung tanpa kejelasan lebih menyakitkan daripada cerita yang selesai, meskipun akhir itu tak selalu seperti yang diharapkan. Karena dalam akhir yang jelas, ada kesempatan untuk memulai lagi. Sedangkan dalam ketidakpastian, kita hanya berputar dalam lingkaran tanpa arah, kehilangan waktu, kehilangan diri. Jadi, semoga ceritamu kini, siapa pun yang menjadi bagian darinya, menjadi perjalanan yang penuh makna dan be...