merela

Mungkin belakangan ini aku sudah mulai sembuh dari semua yang pernah aku lalui. Ada banyak proses yang harus kulewati untuk bisa berdiri setegar ini. Percayalah, ini tak semudah yang terlihat. Bahkan hingga kini, aku masih sering menangisi malam dalam kesunyian. Rasanya sangat sulit untuk benar-benar berdamai dan menerima segalanya. Namun, keadaan memaksaku untuk melakukannya.

Aku tak pernah berpikir bahwa perpisahan ini terjadi karena kesalahanmu padaku. Mungkin takdir kita saja yang memang tak bisa bersatu. 

Tahukah kamu? 

Aku sangat menginginkanmu, tetapi di sisi lain, aku tahu kamu pun mencari kebahagiaan yang mungkin lebih dari yang bisa kuberikan. Maaf jika bersamaku, kamu tak menemukan kebahagiaan yang kamu dambakan. Aku tetap bersyukur, karena setidaknya aku pernah merasa dicintai olehmu, walaupun hanya sesaat. Entah kamu sungguh-sungguh atau hanya berpura-pura, aku bahagia pernah dicintai olehmu.

Kini, aku telah sampai pada titik di mana aku perlahan mulai belajar memahami dan melihat diriku sendiri. Mungkin masih ada sisa harapan untuk bisa bersamamu, tetapi aku sadar bahwa rumah yang rapuh ini tak lagi layak untuk dihuni. Karena itulah, aku harus belajar melepaskanmu, agar kamu bisa menemukan kebahagiaan yang kamu cari.

Ini bukan perkara mudah, kenyataan ini sulit kuterima. Pada saat aku menyadari bahwa kamu bukan lagi milikku, di situlah segalanya runtuh. Apalagi jika suatu saat kudengar kamu telah mencintai orang lain, rasanya hatiku remuk, penuh luka dan kekecewaan.

Malam yang sunyi menjadi saksi isak tangisku. Kamarku tahu betapa aku mencintaimu.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Akhir kisah

A Home

Sepenggal Dendam